:Arther
Waktu bagimu sama tajamnya dengan ujung paku
yang tanpa dendam menusuk lembar demi lembar
kwitansi dan faktur di atas meja kasir
Tempat kau mengkalkulasi sejumlah anasir takdir
Sembari menunjuk benda-benda
menyebut nama-nama
menyeka ingatan yang mengembun
di lensa kacamata
angka-angka kalender telah kau lingkari
pikiranmu menyisiri sunyi jalan puisi
Di belakang meja kasir itu kau percaya
puisi bisa lahir dari rumit neraca keuangan
lalu menghidupi cinta jarak jauh
yang sederhana
dan angan-angan
apa yang lebih cinta
dari puisi-puisimu yang merajah
tubuh kwitansi dan faktur
yang terhujam paku waktu di atas meja kasir itu?
Gorontalo, Juni
2013