Minggu, 31 Agustus 2014

Enam Sajak di Koran Tempo (3/8/14)

Gula Merah

Gula merah terbaik di jalur Atinggola-Taludaa
tak lain adalah buatan talenga dari Tuwawa.
Pogambango namanya.

Tubuhnya yang tinggi menyongsong tandan bunga jantan
menunggu tetes-tetes kekal jatuh di tujuh jengkal dadanya
Di mulutnya yang basah sirih, pohon mantra mengakar kokoh
seperti cinta yang perih dan penuh cemooh.

Dua Sajak di Harian Media Indonesia (3/8/14)

Sebut Saja Namanya Mawar

/1/

Sebut saja namanya Mawar
yang remuk seusai badai besar
Batangnya telah berhenti tumbuh, tapi belum tumbang
Mahkotanya terpenggal, lalu terbang, lalu hilang
Mungkin tertujah petir, atau terjatuh dalam pasir.

Ia enggan mendongak, sebab langit membuat ia
ingat pada sosok-sosok tak berwajah tapi congkak
yang telah bergiliran melemparkannya ke dalam api

Sejumlah Sajak dalam The Indonesian Literary Quarterly

Jurnal Sastra The Indonesian Literary Quarterly - No. 03/2014
Di awal tahun ini, sejumlah puisi saya diumumkan dalam Jurnal Sastra The Indonesian Literary Quarterly (No. 03/2014). Jurnal yang digagas Maca Institute bekerjasama dengan portal sastradigital.com ini mengundang 11 penyair muda Sulawesi untuk menampilkan sajak-sajak mereka. Muda dalam artian berusia di bawah 30 tahun. Saya mewakili Gorontalo.
Selain saya juga hadir dalam Jurnal dan edisi yang sama penyair-penyair berbakat seperti: Sartian Nuryamin, Laode Gusman Nasiru,

Mariko Shinoda dalam Antologi Wasiat Cinta

Antologi puisi ini berjudul "Wasiat Cinta" (Nala Cipta Litera, 2013). Sesuai judulnya, antologi ini memuat sejumlah sajak yang mengangkat tema cinta. Ada 33 penyair yang meramaikan antologi ini dengan sajak-sajak cinta mereka. Masing-masing penyair menyumbang tiga judul sajak sehingga total ada 99 sajak dalam antologi ini.

Saya sendiri menyumbang tiga judul: "Ladang Tebu", "Poster di Stasiun Akihabara" dan "Seekor Semut dan Kapur Ajaib yang Membunuhnya". Saya kutipkan satu di antaranya di sini, yaitu sajak berjudul "Poster di Stasiun Akihabara".

Tiga Puisi Lama yang Baru Terbit (Indo Pos 08/03/14)

Mabuk Bersama Li Bai

Saya bukan bulan
Bukan bunga pun
Tak pernah kau undang saya ke bilikmu
Tapi saya ingin berjalan bersamamu
Mabuk bersamamu
Kita jatuh ke selokan saling menimpa
Lalu menertawakan jubah kita yang basah sampai ke dada
Tambah terus araknya, Tuan
Arak murahan tapi lumayan
Seguci lagi buat menyucikan jiwa dari kemuraman