Minggu, 12 Januari 2014

Laki-Laki dan Matahari




:Syam


Di rumahmu, matahari memiliki kamarnya sendiri
Meski sesungguhnya dia masih takut tidur tanpa ditemani

Matahari itu, dan istrimu, kau merindukan mereka berdua setiap hari
Rindu yang tanpa sadar dimulai saban pagi
Saat dentangan jam delapan kali
merenggut hidup semua orang yang berstatus pegawai negeri

Di rumahmu, puisi memiliki keberaniannya sendiri
Juga harmonika yang akhir-akhir ini kerap lupa kau bawa serta
di acara-acara pembacaan puisi

Aku tahu kau sebenarnya sengaja lupa
sebab bagimu, puisi tak butuh diiringi nada-nada menyayat hati
Sebab kehidupan tak punya cukup ruang bagi terlalu banyak melankoli

Di rumahmu, kopi memiliki sihirnya sendiri
Bahkan ketika kopi itu mulai dingin dan merepet tentang hujan
Seperti buku-buku tua di perpustakaan kecilmu
yang rajin berbicara tentang kesetiaan
Seperti cermin besar di kamar tidurmu
yang bertanya tentang apa yang patut dan tidak patut
apakah seorang bintang panggung
memiliki keharusan memanjangkan rambut?

Syam, bangunlah. Di kamarnya matahari mulai merekah
Matahari lagi-lagi ingin meminta izin tak masuk sekolah

Sebab di rumahmu, matahari memiliki keinginannya sendiri
Sementara di sekolah, matahari tak memiliki banyak pilihan berarti

Gorontalo, Juni 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar