Senin, 01 Juli 2013

Surat Pertama di Jatuh Kesekian

Fortuna,

Aku hanya ingin mengatakan selamat datang di kehidupanku. Mungkin kecanggungan sudah jadi kebiasaan setiap kita akan mengawali sesuatu. Itulah yang terjadi saat aku menuliskan surat pertamaku ini kepadamu. Jadi, maklumilah kegagapanku ini.


Di surat pertamaku ini aku hanya ingin berterima kasih atas kirimanmu yang cantik. Dia, perempuan hebat yang kau pertemukan denganku beberapa waktu lalu. Aku dan dia telah melakukan sebuah perjalanan singkat tapi berarti. Perjalanan menyusuri beberapa sudut kota Makassar. Aku ingin membuat sebuah pengakuan, dia tampak cantik di pantai Losari. Cantik sekali.

Kau tahu Fortuna, aku pikir wajahnya sungguh cocok dengan senja losari. Terlihat keemasan, bersemangat, tapi sederhana. Menurutku, tak ada kosmetik jenis apa pun di dunia ini yang sanggup melakukan hal itu.

Mungkin ini terdengar klise, tapi saat warna keemasan senja Losari melapisi wajahnya, aku ingin membekukan waktu, lalu menyimpan waktu yang beku itu di tempat yang paling mudah kujangkau tapi sulit dijangkau orang lain.

Aku betah bersamanya. Aku terpikir untuk membuat banyak puisi untuknya. Tapi mungkin kali lain saja. Saat dia tak lagi menaruh curiga pada setiap kejatuhan diriku kepadanya. Aku janji, Fortuna, akan mengabarimu soal dia dan soal hal-hal lain dalam kehidupanku. Dan tentang puisi-puisi yang aku ciptakan untuknya dan untuk segala hal di dunia ini.

Aku akan mengabari lewat surat-surat di blog ini. Di blog yang merupakan tempat aku jatuh untuk kesekian kali ini. Kau tentu tahu sudah berapa banyak blog tak terurus yang pernah aku buat sebelum ini. Ya, aku mudah sekali jatuh, dalam blog, dalam puisi, dalam mata perempuan yang lembut nan sunyi. Semoga kali ini kejatuhanku bukan kejatuhan yang sesaat dan sia-sia. Lagi.

Semoga, Fortuna. Semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar